ILMU AKAN TERUS BERKEMBANG SELARAS DENGAN PERKEMBANGAN ZAMAN YANG SEMAKIN CANGGIH

Senin, 06 Januari 2014

Libur Lebaran

Tahun kemaren,aku dan keluarga merayakan Idul Fitri di Muara Sabak,lebaran pertama aku dan teman-temanku pergi silatuhrami ke rumah guru-guru dan tetangga,sedangkan lebaran kedua aku dan teman-temanku pergi ke salah satu tempat wisata yang ada disana,yaitu “Pelabuhan Samudra”.

Karena rumah kami berjauhan,kami memutuskan untuk berkumpul di Pelabuhan Samudra tersebut pukul 10.00,dan kebetulan rumahku lebih dekat dengan Pelabuhan  dibandingkan rumah teman-temanku,aku pun sampai disana duluan.Aku sangat kecewa,karena disana aku tidak menemukan satupun temanku.

Untuk menghilangkan rasa penat serta rasa kecewa yang aku rasakan,akupun mencari tempat berteduh,di bawah pohon yang rindang ada sebuah bangku panjang,di sana sudah ada seorang laki-laki yang tengah asyik dengan makanannya,akupun menghampirinya,lalu berkata “Bolehkah saya duduk disini?”karena mulut laki-laki itu penuh dengan makanan,dia hanya menjawab dengan anggukan lalu bergeser sedikit ke kanan.

Akupun duduk dan menghubungi teman-temanku,ternyata temanku terjebak hujan dan mereka sedang berteduh,setelah itu aku mencoba menghubungi temanku yang lain.Ketika aku sedang asyik bercerita dengan temanku lewat telepon,temanku yang yang bernama Fitri datang,dan aku takut jika dia tidak melihatku,spontan akupun berlari dan berteriak memanggilnya,baru beberapa langkah aku berlari dari bangku tersebut,tiba-tiba laki-laki yang disebelahku tadi jatuh terjengkang,kepala dibawah,kaki diatas,dan semua makanan yang ada di mulutnya menyembur semua.

Aku kaget melihatnya,rasa bersalah berbaur geli bercampur aduk dalam tubuh ku,karena rasa geli yang lebih dominan pada diriku,akupun meminta maaf sambil tertawa,laki-laki itu berdiri,lalu melengos pergi dengan wajah kesal,mungkin dia malu karena bukan hanya aku yang melihatnya melainkan,semua orang yang ada di sana.

Akupun,membalikkan tubuhku dan melangkah pergi dengan perasaan bersalah,aku tidak yakin dia mau memaafkan aku,aku hanya berharap dia mau memaafkanku,semuanya kuserahkan dengan Allah SWT   

Liburan beberapa tahun yang lalu,aku pergi ke kampung ayahku.Tadinya aku tidak mau ikut,tetapi abangku memaksa,jadi aku tarpaksa ikut.

Karena selama ini aku tidak pernah kekampung ayahku,aku mengira kalau kampung ayahku itu sama dengan kampung ibuku yang dikelilingi gunung,sawah dan sungai yang hanya itu-itu saja aku lihat hampir setiap libur panjang.Itulah yang terlintas dibenakku,makanya aku tidak mau ikut.

Kami sudah sampai di Kota Pariaman,salah satu Kabupaten yang terletak di Sumatra Barat.Setelah satu hari beristirahat di rumah nenek,aku diajak jalan-jalan oleh ayahku ke laut.Mendengar kata laut,rasa bosanku muncul,bukankah di Jambi aku sudah sering ke laut bahkan bermain-main di sana bersama sawdara sepupuku,ya…bundaku kan tinggal di Jambi sebrang tepatnya Arab Melayu pas di depan rumah dinas Gubernur Jambi.Rasa-rasanya aku malas untuk ikut ke laut walaupun kata ayah laut itu pantainya sangat indah,yang bernama pantai KATA.

Agar tidak mengecewakan orang tuaku,akupun ikut,walaupun dalam hati kesal.Begitulah,aku harus berangkat dengan perasaan gak senang.Naik apakah kami ke pantai?mungkin teman-teman tidak ada yang tau,karena sepertinya,di Jambi tidak ada kendaraan seperti itu,namanya“Cigak Baruak”,lucukan???

Kami sudah sampai di pantai KATA,kurang lebih 3 km dari rumah nenekku.Begitu sampai di tempat yang kami tuju,aku tertegun,tidak seperti yang aku bayangkan selama ini.Pantai yang indah,landai dengan pasir putih lembut halus yang membentang dari ujung ke ujung.

Melihat air laut yang jernih dengan ombak yang memecah pantai,hatiku tak sabar lagi untuk segera turun ke air.Sambil bermain air,aku juga memperhatikan alam sekitarnya,indah sekali,gunung-gunungnya kelihatan lebih bagus di bandingkan gunung-gunung di kampung ibuku.

Tak kusangka kampung kelahiran ayahku begitu mempesona.Oh ya,aku di pantai juga bermain pasir yang sangat halus dan lembut,banyak binatang kecil-kecil berlarian.Aku mencoba mengejar kepiting laut yang berjalan miring.Namun,aku kalah karena kepiting itu cepat sekali masuk ke lubang,menghindar dari kejaranku.

Hatiku berubah menjadi senang dan rasanya enggan di ajak pulang.Akan tetapi,karena hari sudah siang dan perut sudah minta diisi,kamipun pulang kerumah nenek dengan hati gembira.

Begitulah pengalaman di kampung kelahiran ayahku.Ternyata sangat menarik.Sungai Batang Hari yang dulunya aku sangka laut,ternyata tidak seperti laut yang sebenarnya,laut yang sebenarnya itu sangatlah luas dan indah.Mmm…ingin rasanya aku kembali berlibur ke sana.