Nama Narasumber :
- H. Khaidir Zaenal (Datuk)
- Siti Amini
Pengalaman-pengalaman, peristiwa-peristiwa, serta
hal-hal yang terjadi selama pendudukan tentara Jepang di Indonesia dari bulan
Maret 1942 sampai dengan bulan Agustus 1945.
Dalam perang dunia kedua, tentara
Jepang banyak yang mendapat kemenangan. Hampir seluruh daerah Asia diduduki
oleh tentara Jepang. Rakyat Indonesia banyak yang mengalami penderitaan selama
pendudukan tentara Jepang di Indonesia. Waktu itu Jepang disebut dengan nama Dai Nippon.
Waktu tentara Jepang menduduki
Indonesia, Datuk masih duduk di bangku Sekolah
Desa atau sekarang bernama Sekolah Dasar. Murid-murid setiap pagi
sebelum belajar harus melakukan TAISHO yang
artinya SENAM. Setiap pagi sebelum TAISHO semua murid-murid harus
membungkukkan badan kearah timur, yaitu kearah negeri Jepang sebagai
penghormatan kepada Kaisar Jepang yang bernama Kaisar HIROSHITO. Kaisar yang sekarang yaitu TENO HEIKA.
Penderitaan rakyat waktu itu yaitu
ialah kekurangan bahan makanan sehingga banyak yang memakan umbi-umbian seperti
singkong, ketela, dan beras jagung sebagai pengganti beras. Pemuda-pemuda
banyak yang disuruh kerja paksa seperti membangun rel kereta api, jembatan, dan
jalan-jalan, sehingga banyak pemuda-pemuda kita yang kurus kering bahkan banyak
yang mati. Rakyat banyak menggunakan pakaian yang terbuat dari kulit kayu,
karung goni, dan lain-lain, karena ketiadaan kain. Penyakit yang banyak terjadi
adalah penyakit kudis yang tumbuh dijari tangan, yang menimbulkan nanah.
Anak-anak gadis dan ibu-ibu muda banyak dijadikan pelacur untuk memuaskan nafsu
tentara Jepang. Dan korban-korban pelacuran tentara Jepang itu banyak yang
masih hidup
sampai sekarang. Kabarnya pemerintah Jepang akan mengganti kerugian-kerugian kepada korban-korban pelacuran tersebut. Apakah sudah ada realisasinya sampai sekarang? Datuk pun tidak mengetahuinya.
sampai sekarang. Kabarnya pemerintah Jepang akan mengganti kerugian-kerugian kepada korban-korban pelacuran tersebut. Apakah sudah ada realisasinya sampai sekarang? Datuk pun tidak mengetahuinya.
Banyak pemuda-pemuda kita yang
diberi latihan militer oleh tentara Jepang, yang disebut dengan tentara PETA. Pemuda-pemuda dari hasil latihan
inilah waktu diproklamirkan kemerdekaan Indonesia membentuk tentara Indonesia,
yang sampai sekarang disebut TNI. Beruntunglah Jepang kalah perang, dan pada
bulan Agustus 1945 Jepang menyerah karena negerinya dijatuhi bom atom oleh
tentara sekutu. Dan Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17
Agustus 1945 yang dilakukan oleh Soekarno-Hatta.
Pada saat kejadiaan Jepang masuk ke
Indonesia Datuk berada di kampung Lintao, Sumatra Barat. Pada waktu itu Beliau
berumur 10 tahun, Beliau bersyukur karena belum termasuk diwajibkan untuk kerja
paksa. Bagi mereka yang sudah berumur remaja, mereka wajib untuk kerja paksa.
Mau tidak mau harus mau mereka, karena itu merupakan paksaan. Banyak korban
kerja paksa yang mati, kalau masih hidup mungkin sekarang mereka sudah tinggal
tulangnya saja. Orang Jepang memang sikapnya kejam, siapa yang berani melawan
lansung dipukul. Kalau ada orang yang melakukan salah kepada Jepang, mereka
tidak langsung dipukul disitu melainkan dibawa ke kantornya dan dibawa ke
kantornya baru disitulah mereka dipukul oleh Jepang.
Salah satu warga kampung Lintao
waktu itu dia melakukan salah terhadap tentara Jepang, lalu dia dibawa ke kamar
dan dia dipukulin. Tetapi ternyata yang pingsan yaitu tentara Jepang, karena
dia tidak tahu bahwa yang dia pukul itu jago silat. Pada saat Jepang menyerah,
tapi dia masih ada di Indonesia dan masih berbuat kejam. Saat Jepang kalah kita
mulai berani menyerangnya, bahkan tidak sedikit tentara Jepang yang mati. Datuk
melihat sendiri pada saat Jepang datang, mereka langsung dikerjain ramai-ramai,
karena pada saat itu Jepang sudah kalah dan mereka tinggal kembali ke
negaranya. Senjata atau alat yang digunakan tentara Jepang yaitu Laras Panjang, selain itu juga mereka
menggunakan tangannya untuk memukul. Tidak seluruh anak remaja yang harus kerja
paksa, kalau memang dia dibutuhkan untuk kerja baru dia bekerja dan nasibnya
yang dipanggil buat bekerja itulah yang malang. Orang yang diatas 30 tahun dan
anak-anak yang dibawah umur, mereka tidak diperbolehkan untuk kerja paksa.
Dan satu orang lagi di kampung
Lintao, ada orang kebal. Pada waktu Jepang sudah menyerah. Mereka datang ke
kampung tersebut, kemudian ada seseorang yang tidak mau lari. Setelah orang ini
ditangkap dan dibawa ke markasnya Jepang. Karena dihajar berkali-kali dia tidak
mempan, akhirnya dia dimasukkan ke drum oleh Jepang dan ditutup rapat-rapat
terus dibakar. Tapi setelah kejadian itu sudah tidak ada kabarnya lagi. Orang
itu bernama Seribu Lebieuh, artinya yaitu orang yang
mempunyai ilmu lebih dari seribu.
·
Keadaan ekonomi pada
saat Jepang yaitu hampir semua makanan sulit untuk didapat, karena selama ini
Jepang hanya mementingkan negerinya saja. Tentara Jepang meninggalkan negerinya
selama bertahun-tahun, jadinya yang sudah berkeluarga meninggalkan keluarganya
sehingga untuk memenuhi nafsunya banyak wanita yang dijadikan pekacur. Tapi
bukan pelacur liar, melainkan pelacur resmi yang dilindungi. Karena waktu itu
agama mereka belum kuat.
·
Keadaan politik pada
saat Jepang yaitu kita sebagai negeri yang dijajah sudah pasti tidak bebas.
Jadi kalau pemuda-pemuda Indonesia mau memperjuangkan negerinya secara
sembunyi-sembunyi.
·
Budayanya yaitu sudah
jelas bahwa budaya dia yang dibawa kesini adalah pada waktu Datuk masih
sekolah,Beliau disuruh bungkuk-bungkuk menghadap ke negeri Jepang buat
menghormati Kaisar Jepang.
Jepang menjajah Indonesia kurang
lebih selama 3 tahun 5 bulan. Artinya dari Februari 1942 sampai dengan Agustus
1945. Sebelum itu kita telah dijajah oleh Belanda selama 350 tahun. Dalam masa
penjajahan Belanda, meskipun kita dijajahnya tapi rakyat Indonesia makmur pada
waktu itu. Jepang sama dengan Belanda, tetapi ada bedanya. Pada saat Belanda
membawa hasil rempah-rempah dari Indonesia ke Belanda, rakyat Indonesia tidak
menderita.
Karena
secara ekonomi pada waktu Belanda tidak ada orang yang kelaparan. Pemuda-pemuda
kita di didik menjadi tentara yang dinamakan pemuda PETA pada waktu itu. Pemuda-pemuda tersebut rambutnya tidak boleh
ada yang gondrong melainkan harus dibotakin, serta dilatih dengan keras. Pada
saat Jepang kalah yang melawan kedatangan Jepang itu biasanya rakyat mereka
lakukan secara sembunyi-sembunyi. Pada waktu Jepang menyerang ke Asia termasuk
Indonesia, sebelum dia datang pemerintah sudah mengetahuinya. Lalu
dibunyikanlah sirine, habis sirine itu dibunyikan kemudian rakyat langsung lari
masuk ke lubang untuk menghindari kalau bom dijatuhkan rakyat tidak terkena.
Pada waktu Datuk masih sekolah di sekolah Belanda, sekolah tersebut juga ada
lubangnya. Begitu sirine tersebut dibunyikan mereka semua langsung bersembunyi
di lubang itu. Saat Jepang di bom atom, banyak korban yang mati karena bukan
karena terkena bom itu sendiri melainkan karena udaranya. Kalau ada yang masih
hidup sekarang, mungkin dia akan cacat. Yang membom Jepang adalah tentara
Amerika atau Sekutu.
Referensi
Awalnya jepang datang sangat disambut
oleh orang indonesia sebagai pembebasan dari bangsa jepang. Selama kependudukan
jepang nasionalisme di indonesia meningkat popularitasnya di dunia. Pada juli
1942 nasionalis terkemuka seperti soekarno menerima tawaran jepang untuk
menggalang kerjasama dengan jepang. Penguasaan jepang di indonesia dibagi tiga,
Sumatera ditempatkan di bawah Tentara ke-25, Jawa dan
Madura berada di bawah Angkatan
Darat ke-16, sedangkan Kalimantan
dan Indonesia bagian timur dikuasai
oleh Armada ke-2 Angkatan
Laut Selatan. Tentara ke-16 dan 25 yang
berkantor pusat di Singapura. dan juga dikendalikan
Malaya sampai April 1943, ketika perintah tersebut dipersempit menjadi hanya
Sumatera dan kantor pusat pindah ke Bukittinggi. Tentara ke-16 yang berkantor
pusat di Jakarta, sedangkan Armada Selatan 2 bermarkas di Makassar.
Pengalaman
dari pendudukan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung
pada di mana satu hidup dan posisi sosial seseorang. Banyak yang
tinggal di wilayah yang dianggap penting
untuk upaya perang mengalami
penyiksaan, perbudakan seks, penahanan
sewenang-wenang dan pelaksanaan, dan kejahatan perang lainnya. Ribuan orang
dibawa pergi dari Indonesia sebagai buruh kerja paksa (romusha) untuk proyek-proyek militer Jepang,
termasuk Burma-Siam Kereta Api,
dan menderita atau meninggal sebagai
akibat dari perlakuan buruk dan
kelaparan. Antara empat dan 10
juta romusha di Jawa dipaksa bekerja oleh militer Jepang. Sekitar 270.000 buruh dari Jawa dikirim ke
Jepang lainnya dipegang daerah di Asia Tenggara, Hanya 52.000 dipulangkan ke
Jawa, yang berarti bahwa ada tingkat
kematian 80%. Warga sipil keturunan Belanda, Eropa
lainnya dan campuran Indo-Eropa
menjadi sasaran khusus dari pendudukan Jepang dan yang diinternir. Hampir semua
pria Eropa dan Indo-Eropa yang disusun menjadi
baik KNIL atau Home Guard untuk upaya perang
dan yang kemudian diinternir
sebagai tawanan perang. Para tawanan perangkamp Jepang memiliki
tingkat kematian 25%.
Selama pendudukan
Perang Dunia II, puluhan ribu warga Indonesia yang kelaparan bekerja sebagai buruh budak, atau dipaksa dari
rumah mereka. Dalam Revolusi Nasional
yang diikuti, puluhan, bahkan
ratusan, ribu (termasuk warga sipil), akan mati dalam pertempuran melawan, pasukan Sekutu Jepang, dan Indonesia
lainnya, sebelum Kemerdekaan dicapai. kemudian laporan PBB menyatakan
bahwa empat juta orang meninggal
di Indonesia akibat kelaparan dan
kerja paksa selama pendudukan Jepang, termasuk 30.000 kematian Eropa interniran sipil
Secara materi,
seluruh jalur kereta api, kereta api saham rolling,
dan tanaman industri di Jawa disesuaikan dan
dikirim kembali ke Jepang dan
Manchuria. Laporan intelijen Inggris selama pendudukan mencatat kepindahan signifikan
dari setiap bahan yang dapat
digunakan dalam upaya perang.
Selanjutnya Sutan Sjahrir yang memimpin siswa (Pemuda) di bawah tanah, politisi oposisi hanya menonjol adalah sayap kiri Amir Sjarifuddin yang diberi 25.000 gulden oleh Belanda pada awal tahun 1942 untuk mengatur perlawanan bawah tanah melalui koneksinya Marxis dan nasionalis. Orang Jepang menangkap Amir pada tahun 1943, dan ia hanya lolos eksekusi setelah intervensi dari Sukarno, yang popularitasnya di Indonesia dan karenanya penting bagi upaya perang diakui oleh Jepang. Selain dari Surabaya berbasis kelompok Amir, pro-Sekutu yang paling aktif kegiatan adalah di antara, Cina Ambon, dan Menado
Selanjutnya Sutan Sjahrir yang memimpin siswa (Pemuda) di bawah tanah, politisi oposisi hanya menonjol adalah sayap kiri Amir Sjarifuddin yang diberi 25.000 gulden oleh Belanda pada awal tahun 1942 untuk mengatur perlawanan bawah tanah melalui koneksinya Marxis dan nasionalis. Orang Jepang menangkap Amir pada tahun 1943, dan ia hanya lolos eksekusi setelah intervensi dari Sukarno, yang popularitasnya di Indonesia dan karenanya penting bagi upaya perang diakui oleh Jepang. Selain dari Surabaya berbasis kelompok Amir, pro-Sekutu yang paling aktif kegiatan adalah di antara, Cina Ambon, dan Menado
Akhir pendudukan
Jenderal MacArthur yang ingin berjuang
dengan pasukan Sekutu membebaskan Jawa 1944-45 namun diperintahkan untuk tidak
oleh kepala staf gabungan dan Presiden Roosevelt. Pendudukan Jepang serta resmi
berakhir dengan menyerahnya Jepang di Pasifik dan dua hari kemudian Soekarno
menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Namun pasukan Indonesia akan menghabiskan
empat tahun ke depan melawan Belanda untuk kemerdekaannya. Menahan diri Amerika
dari memerangi jalan mereka ke Jawa tentu menyelamatkan nyawa Jepang, Jawa,
Belanda dan Amerika. Di sisi lain, kemerdekaan Indonesia akan mungkin tercapai
lebih cepat dan lancar telah MacArthur telah memiliki cara itu dan pasukan
Amerika Jawa diduduki.
Pembebasan kamp-kamp interniran memegang tahanan barat tidak cepat. Soekarno, yang memiliki sponsor politik Jepang mulai tahun 1929 dan terus ke pendudukan Jepang, yakin bangsanya bahwa tahanan ini merupakan ancaman bagi gerakan kemerdekaan Indonesia. Sebagian besar karena mereka adalah chip tawar politik dengan yang berurusan dengan penjajah, tetapi juga sebagian besar untuk mempermalukan mereka; Soekarno paksa Barat kembali ke kamp-kamp konsentrasi Jepang, masih dijalankan oleh tentara Jepang bersenjata. Meskipun ada pasti tenaga kerja yang cukup untuk garnisun kamp-kamp dengan tentara Indonesia, Soekarno memilih untuk memungkinkan sekutu mantan untuk mempertahankan otoritas. Kondisi lebih baik selama pasca-perang interniran daripada di bawah interniran sebelumnya, untuk kali ini, pasokan Palang Merah disediakan dan Sekutu dibuat urutan Jepang rumah penjajah paling keji dan kejam. Setelah empat bulan pasca perang interniran, interniran Barat dibebaskan dengan syarat mereka meninggalkan Indonesia.
Sebagian besar personel militer Jepang dan administrator kolonial sipil dipulangkan ke Jepang setelah perang, kecuali beberapa ratus yang ditahan untuk penyelidikan kejahatan perang, yang beberapa kemudian diadili. Sekitar 1.000 tentara Jepang sepi dari unit mereka dan berasimilasi diri menjadi masyarakat lokal. Banyak dari tentara memberikan bantuan kepada pasukan pemberontak selama Revolusi Nasional Indonesia.
Jepang tentara diadili.
Tahap akhir perang telah dimulai pada bulan Oktober 1945 ketika, sesuai dengan persyaratan mereka menyerah, Jepang mencoba untuk membangun kembali otoritas mereka melepaskan orang Indonesia di kota-kota dan kota. Polisi militer Jepang tewas Republik pemuda di Pekalongan (Jawa Tengah) pada tanggal 3 Oktober, dan tentara Jepang melaju Republik pemuda dari Bandung Jawa Barat dan menyerahkan kota itu ke Inggris, tetapi pertempuran sengit yang melibatkan Jepang adalah di Semarang. Pada tanggal 14 Oktober, pasukan Inggris mulai menduduki kota. Mundur pasukan Republik membalas dengan membunuh antara 130 dan 300 tahanan Jepang mereka memegang. Lima ratus Jepang dan 2000 Indonesia telah dibunuh dan Jepang hampir merebut kota enam hari kemudian ketika pasukan Inggris tiba
Pembebasan kamp-kamp interniran memegang tahanan barat tidak cepat. Soekarno, yang memiliki sponsor politik Jepang mulai tahun 1929 dan terus ke pendudukan Jepang, yakin bangsanya bahwa tahanan ini merupakan ancaman bagi gerakan kemerdekaan Indonesia. Sebagian besar karena mereka adalah chip tawar politik dengan yang berurusan dengan penjajah, tetapi juga sebagian besar untuk mempermalukan mereka; Soekarno paksa Barat kembali ke kamp-kamp konsentrasi Jepang, masih dijalankan oleh tentara Jepang bersenjata. Meskipun ada pasti tenaga kerja yang cukup untuk garnisun kamp-kamp dengan tentara Indonesia, Soekarno memilih untuk memungkinkan sekutu mantan untuk mempertahankan otoritas. Kondisi lebih baik selama pasca-perang interniran daripada di bawah interniran sebelumnya, untuk kali ini, pasokan Palang Merah disediakan dan Sekutu dibuat urutan Jepang rumah penjajah paling keji dan kejam. Setelah empat bulan pasca perang interniran, interniran Barat dibebaskan dengan syarat mereka meninggalkan Indonesia.
Sebagian besar personel militer Jepang dan administrator kolonial sipil dipulangkan ke Jepang setelah perang, kecuali beberapa ratus yang ditahan untuk penyelidikan kejahatan perang, yang beberapa kemudian diadili. Sekitar 1.000 tentara Jepang sepi dari unit mereka dan berasimilasi diri menjadi masyarakat lokal. Banyak dari tentara memberikan bantuan kepada pasukan pemberontak selama Revolusi Nasional Indonesia.
Jepang tentara diadili.
Tahap akhir perang telah dimulai pada bulan Oktober 1945 ketika, sesuai dengan persyaratan mereka menyerah, Jepang mencoba untuk membangun kembali otoritas mereka melepaskan orang Indonesia di kota-kota dan kota. Polisi militer Jepang tewas Republik pemuda di Pekalongan (Jawa Tengah) pada tanggal 3 Oktober, dan tentara Jepang melaju Republik pemuda dari Bandung Jawa Barat dan menyerahkan kota itu ke Inggris, tetapi pertempuran sengit yang melibatkan Jepang adalah di Semarang. Pada tanggal 14 Oktober, pasukan Inggris mulai menduduki kota. Mundur pasukan Republik membalas dengan membunuh antara 130 dan 300 tahanan Jepang mereka memegang. Lima ratus Jepang dan 2000 Indonesia telah dibunuh dan Jepang hampir merebut kota enam hari kemudian ketika pasukan Inggris tiba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar